Diberdayakan oleh Blogger.

Mari Berbagi Bacaan !!


KESALAHAN UMUM DALAM SHALAT

KESALAHAN UMUM DALAM SHALAT

Rasulullah bersabda “amalan hamba yang pertama kali akan dihisab adalah shalatnya, jika shalatnya baik dia sukses dan berhasil dan jika sholatnya rusak dia sangat merugi (H.R Nasa'i turmudzi).

Semua orang yang memahami hadis ini sangat menyadari betapa pentingnya nilai shalat dalam syariat. Dan untuk bisa mendapatkan nilai sempurna dalam shalat, hampir tidak mungkin dilakukan oleh hamba mengingat banyaknya kekurangan yang kita lakukan. Sekalipun ini hampir tidak mungkin namun setidaknya kita berusaha nilai amal sholat kita mendekati sempurna. di antara usaha yang bisa kita lakukan adalah menekan semaksimal mungkin kesalahan dalam shalat.

Dua Kesalahan Dalam Shalat
Dalam shalat kita mengenal adanya gerakan anda tahu bacaan yang setatusnya sebagai rukun shalat, wajib shalat dan sunnah shalat. Karena itu kesalahan yang dilakukan masyarakat ketika shalat bisa kita kelompokkan menjadi dua :
pertama kesalahan yang bisa membatalkan shalat, itulah semua kesalahan yang bisa mengurangi kadar rukun atau wajib shalat sehingga dia dianggap belum mengerjakan rukun atau wajib shalat tersebut.
Kedua yang tidak sampai membatalkan shalat kesalahan ini tidak sampai mengurangi kadar rukun atau wajib shalat

Kesalahan yang terjadi dalam shalat
1. Tidak tuma'nina ; yang dimaksud tuma”ninah adalah posisi tubuh tenang ketika melakukan gerakan rukun tertentu. Ukuran tenang adalah mencukupi atau membaca satu kali doa dalam rukun tersebut misalnya tuma’ninah ketika ruku’ artinya posisi tubuh tenang setelah ruku’ sempurna kemudian baru membaca doa ruku’ minimal sekali. Sering kita saksikan beberapa kaum muslimin tidak tuma’ninah. Mereka ruku’ dan sujud terlalu cepat, begitu sampai titik ruku’ atau sujud langsung bangkit, ada kemungkinan doa ruku’ sudah dibaca ketika bergerak ruku’ sebelum ruku’ sempurna. Shalat model semacam ini batal karena tidak tuma'nina.
Suatu ketika ada seseorang yang masuk masjid kemudian shalat dua rakaat, orang ini kemudian  menghampiri Rasulullah yang berada di masjid namun Rasul menyuruh orang ini untuk mengulangi shalatnya. Setelah di ulangi orang ini balik lagi dan disuruh mengulang lagi sholatnya. Ini berlangsung sampai tiga kali kemudian Rasul mengajarkan kepadanya cara sholat yang benar.
Ternyata masalah utama menyebabkan sholatnya dinilai batal adalah karena dia tidak tuma'ninah, dia bergerak ruku’ dan sujud terlalu cepat. Hadis ini menjadi dalil bahwa tumakninah dalam shalat termasuk rukun shalat untuk menanggulanginya tahan ketika sudah semourna ruku’ atau sujud kemudian baru baca do’a ruku’ atau sujud.
2. was was ketika takbiratul ikhram
Kesalahan kedua ini banyak dialami oleh mereka yang berkeyakinan harus berbaranan persis Antara niat di hati dan ucapan takbiratul ikhram. Jika da yg sedikit mengganggu dalam proses niatnya, dia langsung membatalkan dan mengulanginya lagi. 
Perbutan seperti ini sejatinya telah diingankan para ulama. Berikut peringatan itu Antara lainnya
Ibnul Jauzi mengatakan ada juga orang yang bertakbir lalu kemudian dia membatalkan takbirnya, bertakbir lagi dia membatalkan lagi, ketika ia mendekati ruku’ barulah orang yang terjangkit was was ini berhasil bertakbir lalu mengejar ruku’ imam. Sungguh aneh mengapa dia baru berhasil niat. Semua ini terjadi karena tipuan iblis yang menggodanya agar dia kehilangan keutamaan bertkbir bersama imam.
Imam Asy Syafi'i mengatakan was was ketika niat sholat dan bersuci adalah bentuk kebodohan dengan syariat dan kurang akalnya. Untuk mengobati penyakit ini, yakinlah bahwa anda sudah niat tidak perlu diulangi, dan baca takbrtul ikhram sekali. Inilah yg diajarka rasul " jika kamu ingin shalat, wudhulah dg sempurna, lalu menghadap ke kiblat dam bertakbirlah (hr. Bukhari)

3. Imam salah dlm bacaan Al Fatihah
Ketika seseorang merasa tdk bisa mmbaca Al Fatihah dg baik, seharusnya dia tdk nekat menjadi imam. Karena ini mengancam keabsahan shalat makmumnya. Imam Syafi'i mengatakan "org2 yg salaah dlm bacaan Al Fatihanya yg menyebabkan perubahan makna, menurutku shalatnya tdk sah, tdk sah pula org yg shalat dibelakangnya. Jika salah diselain Al Fatihah aku membencinya, meski tdk wajib mengulangi. Karena jika dia tinggalkan selain Al Fatihah dan hanya membaca Al Fatihah sy berharap shalatnya diterima. Jika shalatnya sah, insya Allah shalat makmumnya juga diterima. Jika kesalahan Al Fatihah namun tdk mengubah maknanya shalatnya sah, namun sy benci dia jadi imam. Apapun keadaannya (Al Umm 1/215)

4. Sedekap miring
Sebagian orang bersedekap dengan meletakkan kedua tangan tepat diatas jantungnya atau hatinya. Tidak ada satupun yang memberikan dalilnya. Mereka merasa dg shalat seperti itu hatinya akan menjadi tenang.
Kita semua sepakat bahawa shalat yg paling sempurna adalah shalatnya Rasul. Namun Rasul tdk pernah mengajarkan bersedekap dg cara demikian. Selanjutnya Rasul melarang org yg shalat seperti berkacak pinggang. Dari Abu Hurairah RA” Nabi shallallahu alaihiwasallam melarang seorang shaat sambil berikhtisar.
Ikhtisar adaah meletakkan satu tangan di atas pinggang (sunan turmudzi, ket hadits no. 384). Sementara kita memahami, orang yg bersedekap miring menyebabkan satu sikutnya keluar jauh dari tubuhnya, layaknya orang yg berkacak pinggang.

5. Tidak Ruku’ Atau I’tidal Dg Sempurna
Dari Huzaifah RA, beliau pernah melihat seorang yg tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya ektika shalat. Setelah selesai, ditegur Huzaifah”sudah berapa lama anda shaat seperti ini? Org itu menjawa 40 tahun. Huzaifah mengatakan “engkauu tidak dihitung shalatnya 40 tahun. Jika kamu mati dg model shalatmu seperti ini, maka engkau mati bukan di atas fitra Muhammad.
Hadits ini berbicara tentang org yg tidak semprna dlm meakukan gerakan rukun dlm shalat. Misalnnya, org yg ruku’ sebelum posisi ruku’ sempurna dia sudah bangkit. Atau org yg belum sepurn ai’tidal (tubuhnya masih condong) dia sudah sujud.

6. Tidak Menempelkan Hidung Ketika Sujud
Rasul emngingatkan agar org2 yg sujud benar-benar menempelkan hidung ke lantai. Beliau bersabdah, “Allah tidak menerima shalat bagi orang yg tidak menempelkan hidungknya ke tanah sebagaimana dia menempelkan hidung ke tanah. (H.R Ibnu Abi Syaibah).

7. Membuka Tangan Ketika Salam
Salam ke kanan membuka tangan kanan, salam ke kiri membuka tangan kiri. Kebiasaan ini pernah dilakukan sahabat pada zaman Nabi. Dari Jbir Bin Samurah RA, ketika kami shalat bersama Rasulullah SAW kami mengucapkan Assalamu’alaikum warahmatullah sambil berisyarat dengan kedua tangan ke samping masiing-masing. Kemudian Rasululah mengingatkan, mengapa kalian mengangkat tangan kalian, seperti keledai yang suka lari? Kalian cukup menoleh ke saudara kalian yang di smping kanan dan kirinya’. (H.R Muslim)

Penulis : Ust. Ammi Nur Baits, S.T., B.I.S
Dewan Pembina situs www.konsultasi syariah.com
Moroja’ah : Ust Aris Mundar, M.Pi

Pengikut

Facebook Twitter RSS