Mari Berbagi Bacaan !!


KEBESARAN ALLAH DAN KEMUNAFIKAN

Takbir اللّهَ اكبر adalah ungkapan pengagungan Allah yang harus muncul dari lubuk hati yang sangat dalam. Dimana takbir adalah pengakuan hati bahwa Allah itu Maha Agung lagi Maha Besar dari segalanya, diikrarkan dengan lisan serta pengakuan itu dibuktikan di dalam praktek kehidupan.

Tapi bila di dalam prakteknya ternyata ada hal lain yang lebih didahulukan dan lebih dipentingkan daripada Allah ta’ala dan hukum-Nya, maka sesungguhnya ikrar takbir yang diucapkan dengan lisan itu adalah dusta dan hanya hiasan mulut semata.

اللّهَ اكبر … Allah Maha Agung… Allah Maha Besar… Dia lebih besar daripada anak dan isteri, oleh sebab itu Ibrahim ‘alaihissalam meninggalkan isterinya Hajar dan puteranya yang masih bayi yaitu Ismail di lembah yang kering kerontang yang tidak ada air lagi tidak ada tanaman, dikarenakan Allah ta’ala yang memerintahkannya. Di dalam shahih Al Bukhari:

Hajar bertanya kepada Ibrahim: “Apakah Allah yang telah memerintahkan engkau dengan hal ini? Ibrahim ‘alaihissalam menjawab: Ya”. Maka Hajar dengan penuh keyakinan mengatakan: “Kalau begitu, maka Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.”

Dan Hajar adalah contoh di dalam sikap seorang wanita muslimah, dimana ia menerima keputusan Ibrahim ‘alaihissalam tercinta untuk meninggalkannya, karena itu adalah perintah Allah ta’ala, sedangkan Allah dan perintah-Nya adalah lebih besar daripada Ibrahim suaminya, dan ia yakin bahwa Allah ta’ala tidak akan menyia-nyiakannya. Begitulah seharusnya wanita muslimah bersikap saat suaminya memenuhi panggilan kewajiban jihad, dia jangan khawatir, dan jangan menghalang-halangi suaminya dari menunaikan kewajiban bila takbir yang selalu dia ucapkan di dalam shalatnya itu benar lagi jujur…

اللّهَ اكبر

Begitulah makna takbir اللّهَ اكبر ini dibuktikan oleh para sahabat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, dimana mereka pergi jauh berbulan-bulan bahkan ada yang tidak pulang lagi meninggalkan anak isteri mereka di dalam menunaikan perintah Allah berjihad menegakkan kalimat Allah di muka bumi ini. Para sahabat dan generasi salaf melakukan hal ini dan para isteri mereka pun rela dan tulus ikhlas sepenuh hati menerima hal itu, ini dikarenakan makna اللّهَ اكبر terpancang di dalam jiwa mereka.

ucapan takbir selalu mereka lantunkan, maka apakah sseperti itu bukti kongkritnya? Yang ada malah wujud الحب اكبر (Cinta Maha Besar?!!!).. Aku tak bisa hidup tanpa dirimu di sisiku!!!? Yang menghantarkan orang itu pada posisi fasiq di dalam surat At Taubah: 24

قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

“Katakanlah: “Bila bapak-bapak kamu, anak-anak kamu, saudara-saudara kamu, isteri-isteri kamu, karib kerabat kamu, harta-harta yang kamu usahakan dan perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya serta tempat-tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta dari jihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan urusan-Nya. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang fasiq.” [At Taubah: 24]

Perhatikanlah makna اللّهَ اكبر yang terpatri di dalam jiwa Ibrahim ‘alaihissalam tatkala diperintahkan Allah untuk menyembelih putera kesayangannya Ismail ‘alaihissalam, dan perhatikan pula sikap anak yang tunduk dan rela sepenuh hati menerima konsekuensi perintah Allah ta’ala:

يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

“(Ibrahim) berkata: “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab: “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” [Ash Shaffat: 102]

Ini dia Abu Salamah Radliallahu ‘anhu, tatkala kewajiban hijrah sudah tetap ke Madinah, maka ia pergi hijrah meninggalkan anak dan isterinya yang ditahan oleh kaumnya, dan begitulah Generasi salaf pergi jauh berjihad meninggalkan anak-anaknya yang masih dikandung atau masih kecil, apakah hanya kita saja yang memiliki anak kecil dan isteri yang sedang hamil tua? Mana makna اللّهَ اكبر yang selalu kita ulang-ulang di dalam gerakan shalat?!!! Coba lihat lagi ayat 24 At Taubah tadi…! Anak itu titipan dan milik Allah, maka jangan sampai ia menghalangi pelaksanaan kewajiban …

اللّهَ اكبر …

Allah Maha Besar… Dia lebih besar dari ayah sendiri, oleh sebab itu Ibrahim ‘alaihissalam berlepas diri dari ayahnya tatkala ayahnya itu bersikukuh diatas kekafiran.

فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ


“Kemudian tatkala telah jelas baginya (Ibrahim) bahwa ayahnya itu adalah musuh bagi Allah, maka ia (Ibrahim) berlepas diri darinya.” [At Taubah: 114]

source : http://www.facebook.com/notes/majelis-tausiah-para-kyai-ustadz-indonesia/kebesaran-allah-dan-kemunafikan-kajian-/10150230953778293

Pengikut

Facebook Twitter RSS