Menurut Kamus Bahasa Indonesia keluaran Pusat Bahasa, agnostic dideskripsikan sebagai “ Orang yg berpendapat bahwa tiada sesuatu yg dapat diketahui tentang Tuhan selain dari hal-hal kebendaan. ” Sementara Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikannya sebagai “ Orang yang berpandangan bahwa kebenaran tertinggi (misal Tuhan) tidak dapat diketahui dan mungkin tidak dapat diketahui. ”
Saya lebih suka mengatakan, Aghnostic
orang yang tidak percaya apa yang dikatakan oleh agama, tapi dia percaya
adanya Tuhan ( kebenaran tertinggi ), walaupun bagi orang agnostic
masih ada sisa pertanyaan, yakni apakah Tuhan bisa “diketahui” oleh
manusia ?. Saya memberikan tanda petik pada kata “ diketahui,” karena
makna kata tersebut sangat luas, bukan hanya sekedar diketahui seperti
kita mengetahui sesuatu materi dengan gamblang. Dari pengertian diatas
bisa disimpulkan, bahwa orang Agnostik memang cenderung percaya akan
adanya Tuhan ( entitas yang luar biasa ). Beda dengan Ateis yang tidak
percaya dengan adanya Tuhan, apalagi agama. Agnostic mengakui adanya
kebenaran tertinggi, tapi tidak mungkin bisa diketahui oleh manusia,
apalagi oleh dogma agama. Itu pendapat Agnostic. Dan bagi saya memang
masuk akal. Kita manusia hanya bisa menebak nebak saja. Tidak ada yang
menjamin kebenaran agama 100%, kecuali tentu saja, oleh penganut agama
itu sendiri.
Agnostik selalu bertanya tanya,
keberadaan akan Tuhan. Mirip orang orang yang belajar Tasawuf atau Sufi.
Kalau Tuhan dianggap tidak ada, kok ada saya ?. Kalau dianggap ada,
terus bagaimana membuktikannya ?, bagaimana mengetahuinya ?, dan dimana
?. Tapi bagi orang ber-agama, sangat simpel untuk mengetahuinya,
dasarnya adalah keyakinan, iman. Bahwa apa yang ada di dunia ini tak
mungkin tak ada yang menciptakannya. Agnostic percaya itu, tapi masih
tetap ada pertanyaan besar bagaimana mengetahui si pencipta. Ada
keraguan agnostic disana. Beberapa kalangan menyebut agnostic mirip
dengan skeptis.
Agnostic bukanlah orang murtad atau menghujat Tuhan seperti orang Ateis. Kita simak kata
Clarence Darrow (1857 – 1938), seorang penganut Agnostik.
“Aku
tidak menganggap bahwa disebut agnostic adalah hinaan, tetapi itu lebih
merupakan pujian. Aku tidak berpura-pura tahu ketika banyak orang yang
tidak tahu justru yakin.”
Intinya, Agnostic itu tidak pura pura. Menjadi Agnostic itu menurut penganutnya sangat membanggakan. Sangat oke..! Keren…!
Kita simak lagi apa kata penganutnya yang lain,
Robert Green Ingersoll (1833-1899). ;
“Aku percaya bahwa kebahagiaan adalah satu-satunya hal baik, dan cara untuk bisa bahagia adalah membuat orang lain bahagia ”
Hebat bukan pedoman orang Agnostic. Tidak
seperti Ateis yang suka menghujat Tuhan, dianggap Tuhan tidak ada.
Namun umat ber-agama justru saling klaim, bahwa agama dia yang paling
bener, dan saling menghujat serta saling menghancurkan. Apakah hal
semacam itu dianggap baik…?
Pendapat pendapat tokoh Agnostic, sangat
baik, humanis, sangat manusiawi. Dimana dia mementingkan hubunga antar
manusia daripada saling menghujat dan saling perang antar ego kelompok.
Mereka mengakui adanya kekuatan besar yang ada di sekitar kita. Sebuah
kekuatan yang tak mungkin dijangkau oleh manusia. Mereka mengakui bahwa
seseorang yang berbuat baik akan mendapatkan sesuatu yang baik, begitu
sebaliknya. Tapi mereka masih bertanya tanya, apakah sorga dan neraka
itu benar benar ada…? Sikap skeptis inilah yang mendasari Agnostik tidak
percaya pada dogma dogma agama. Agama bagi mereka, hanyalah undang
undang yang dibuat manusia dengan meminjam nama Tuhan.
Para agnostic mengatakan, bahwa agnostic
adalah pilihan paling logis daripada Teis ataupun Ateis. Karena mereka
menganggap ajaran Teis ( agama ) adalah sesuatu yang tidak logis. Ajaran
tersebut cenderung dipergunakan untuk kepentingan kelompok kelompok.
Susahnya lagi, Teis kalau dikritik, malah ngamuk. Kadang diantara orang
beragama menggunakan agamanya untuk men justifikasi ( memberikan cap )
orang orang yang tak sepaham atau orang yang tak disukai. Tentu saja
justifikasi yang mereka berikan pasti nama jelek, atau menjelekan.
Bukankah itu sama dengan fitnah ?, meng-atas namakan agama. Misalnya,
bid’ah, kafir, murtad… dsb. Jadi untuk apa ribet ribet menggunakan
aturan aturan agama kalau pada akhirnya kita meng kafirkan dan memusuhi
orang lain…? Kenyataanya memang itulah yang terjadi, banyak orang
beragama membuat orang lain menjadi bisa dijauhi orang lainnya, berimbas
pada pergaulan sosialnya, kondisi kehidupan orang tersebut menjadi
terhambat. Hanya karena kata kata ( fatwa ) sang tokoh agama. Kalau
sudah begitu…, siapakah yang layak masuk neraka…? ( kalau Teis percaya
ada neraka ).
Agnostic bisa mengakomodasi semua aturan
aturan agama di dunia. Misalnya masalah dosa, orang agnostic menganggap
perbuatan tidak baik. Perbuatan tidak baik akan ada balasannya saat itu
juga. Siapa yang menabur sesuatu, akan menuai sesuatu juga. Perbuatan
akan terbalaskan sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukan. Misalnya
lagi tentang karma. Kalau kamu bohong, kamu akan disebut pembohong. Dan
satu saat kamu juga akan kena batunya, akibatnya ( karmanya ) kamu tidak
dipercaya orang lagi. Coba kita simak salah satu pemikiran agnostic :
“ Kenapa
saya memilih agnostic, karena agnostic ini yg paling logis dari yg
lain. THEISME , saya merasa dalam theisme banyak sekali hal yg tidak
logis, dan saya berprasangka bahwa ajaran 2 THEISME diciptakan oleh
manusia dan digunakan untuk kepentingan kelompok tertentu.
Saya
sering berdiskusi dengan orang THEISME, dari diskusi saya, pada intinya
mereka menjawab bahwa dalam memahami keTUhanan kita jangan mengandalkan
dan bersandar pada logika.. untuk sementara saya menganggap bahwa itu
jawaban orang yg kehabisan jawaban.. Jadi kenapa saya tidak memilih
THEISME karena saya tidak setuju dengan beberapa ketidakmasuk akal dalam
THEISME.
ATHEIS,
kenapa saya tidak memilih ATHEIS? karena saya masih berkeyakinan bahwa
segala sesuatu itu ada tidak mungkin ada dengan sendirinya.. saya blm
dapat mempercayai bahwa ada berasal dari ketidakadaan mutlak. Jadi,
pandangan agnostic saya. saya jelas meyakini bahwa Tuhan itu ADA dan DIA
yg menciptakan alam semesta.. jadi agama saya apa? Agamanya Tuhan Yang
Maha Esa. Tuhan nya siapa? Tuhan Yang Maha Esa. Terima kasih, mohon maaf
bila ada yg kurang berkenan. SALAM. “
Pemikiran Agnostik tentang dosa :
“ Ga ada yg namanya dosa, yg ada perbuatan yg tidak baik. Yg termasuk dalam perbuatan yg tidak baik antara lain:
-
Menyakiti atau merugikan sesama, sadar atau engga.
-
Menyakiti makhluk lain.
-
Melakukan sesuatu yg secara ga langsung berdampak buruk buat sesama
-
Melanggar hukum/norma resmi di lingkungan sekitar
Mungkin
masih ada sih yg lain sih, saat ini cuman kepikir segitu. Bottom line
is, gue gak ada tanggung jawab sama tuhan/dewa dewi/whatever. Tanggung
jawab gue sama hidup gue sendiri, sesama manusia dan lingkungan sekitar.
Kalo gue merasa guilty karena gue berbuat salah, gue merasa guilty
bukan karena gue takut masuk neraka atau takut dimarahin tuhan, tapi
emang karena gue berbuat salah, plain and simple. “
“ gw
bukan agnostik, tapi kalau gw agnostic, mungkin gw akan menganggap dosa
itu sebagai rasa bersalah [guilty] karena telah melakukan yang suatu
masyarakat anggap itu tidak baik atau melanggar norma2 yang udah
terbentuk dalam masyarakat sejak dulu, sehingga perasaan bersalah itu
menjadi beban bagi diri kita sendiri.”
“ Kalo
gw agnostic, gw juga bakal ngerasa dosa itu = guilty. Karena pada
dasarnya semua manusia, aturan hidup bersosial itu adalah norma dan
guilty itu juga bakal kepentok sama norma itu sendiri, makanya sekalipun
gw hanya agnostik misalkan, gw bakal tetep mengikuti norma yang ada “
“ Kalo
gw agnostik gw juga akan menghargai mereka yang para theis, monotheis,
polytheis, pluralis karena gw merasa bahwa gw dan mereka adalah sama,
sama-sama mempercayai ada-nya suatu entitas yang lebih besar di belakang
manusia, beda-nya mereka berjalan lewat jalur organisasi [resmi la
istilah-nya] sedangkan kan berjalan dengan jalur bebas. ”
Pemikiran Agnostik tentang karma :
“ ….kalau
apa yang kamu tabur tetep aja bakal kamu tuai, jangan harap kalo lu
males mau jadi kaya, jangan harep klo lo tukang bohong mau dipercaya,
jangan harap bencana alam gak bakal terjadi kalau lu gak jaga alam,
maka-nya gw bilang semua tergantung dari diri kita sendiri, dan untuk
apa yang buruk terjadi adalah akibat perbuatan kita sendiri, jadi jangan
pernah deh nyalain si takdir, kasian takdir di kambing hitamkan, cere
salain takdir, orang mati salain takdir, bencana alam salain takdir. “
“ betul
tuh, karma itu sekalipun kita seorang yang agnsotik pasti ada karena
relasi karma itu bukan karena agama, tapi karena kehidupan. ky contoh
diatas, kalo elu sering bohong, ya akibatnya elu dicap sebagai pembohong
kalo udah dicap pembohong, secara ngga langsung juga elu membohongi
diri sendiri dan akibatnya elu sendiri yang kena batunya, sekalipun elu
ngomong kebenaran suatu saat nanti ya bakalan ga ada yang percaya “.
Sangat jelas dan gamblang cara berpikir
mereka , masuk akal serta brilian, mirip cara berpikir Ateis. Kenapa
mereka memilih Agnostik…? Dari beberapa pemikiran yang saya copas,
sangat jelas, mereka tak mau terkotak kotak, apalagi diperalat sama yang
namanya agama. Kejujuran dan apa adanya serta bersosialisasi dengan
mahluk lain, adalah inti dari kehidupan yang sebenarnya daripada sekedar
ber-agama. Mereka tak mau menerima dogma dogma atau doktrin agama
begitu saja tanpa nalar yang jelas. Keyakinan adalah sesuatu yang absurd
bagi mereka, kalau tak boleh di sebut kebohongan.
Agnostik
meyakini sesuatu yang luar biasa yang menguasai segalanya di sekeliling
mereka, tapi juga tidak yakin sesuatu yang luar biasa itu bisa
dibuktikan ada.
Orang ber agama menyebut sesuatu yang luar biasa yang melingkupi kehidupan di dunia ini adalah TUHAN.
Sungguh kebesaran Tuhan yang luar biasa
dan begitu mulia serta beragam. Maka belajar mengenal segalanya adalah
kunci manusia untuk segala bentuk dalam memilih suatu kehidupannya.
Jangan bicara soal salah dalam masalah ini. Karena anggapan salah dalam
soal ini, adalah tak sepaham atau tak segolongan.
Tuhan telah memberikan semuanya dengan
segala akibatnya. Silahkan memilih dengan segala pemikiran dan keyakinan
masing masing. Maha besar Tuhan dengan segala ciptaannya.
Oleh. Didik Suwitohadi
21-03-2012.
Ref.